Sunday, April 13, 2025

Tantangan atau Peluang? (Strategi Komunikasi Gen Z Menaklukkan Dunia Kerja di Era Teknologi 5.0)




Oleh. Krishna Leander

 Dunia kerja kini mengalami transformasi besar. Kompetisi tak lagi terbatas di ruang kantor fisik, melainkan meluas hingga ke ruang-ruang digital yang serba cepat dan dinamis. Di tengah arus perubahan ini, hadir Generasi Z generasi yang lahir dan tumbuh bersama teknologi digital, sering disebut sebagai generasi paling “melek digital.” Namun, di balik keunggulan mereka dalam mengakses informasi dan menguasai platform digital, muncul pertanyaan krusial: Apakah Gen Z benar-benar siap secara komunikasi untuk menghadapi tantangan dunia kerja di era teknologi 5.0?

  Era teknologi 5.0 menandai fase baru dalam revolusi digital. Lebih dari sekadar automasi dan kecerdasan buatan, era ini menekankan pada kolaborasi manusia dengan teknologi, di mana manusia tetap menjadi pusat pengambilan keputusan dan inovasi. Di sinilah peran komunikasi menjadi sangat penting bukan hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga membangun relasi, memahami perbedaan perspektif, dan menciptakan kolaborasi yang bermakna.

  Sayangnya, sejumlah laporan dari dunia kerja menunjukkan bahwa meski Gen Z unggul dalam hal teknis seperti coding, editing video, hingga membuat konten viral, mereka justru sering mengalami kesulitan dalam komunikasi profesional, terutama dalam kerja tim lintas generasi. Banyak pimpinan perusahaan menilai Gen Z belum mampu menyesuaikan diri dengan ekspektasi komunikasi yang berlaku di dunia kerja, yang menuntut kejelasan, ketepatan, serta sensitivitas terhadap situasi sosial dan budaya organisasi.

  Sebagai contoh, dalam sebuah proses rekrutmen di sebuah startup teknologi di Jakarta, dari 100 pelamar Gen Z yang memiliki portofolio cemerlang, hanya 15 orang yang berhasil lolos ke tahap akhir. Menurut Maria Sari, HRD TechnoGo Indonesia, “Banyak dari mereka tidak bisa menyampaikan ide dengan runtut saat wawancara. Mereka tampak gugup, kurang percaya diri, dan tidak siap berkomunikasi di luar platform digital” (Kompas.com, 2023). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kecakapan teknis dan kemampuan komunikasi nyata di dunia kerja.

  Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan strategi komunikasi yang bukan hanya bersifat praktis, tetapi juga berlandaskan teori komunikasi yang kredibel. Berikut ini beberapa teori yang relevan dan aplikatif untuk membantu Gen Z beradaptasi secara komunikatif di era teknologi 5.0:

1. Teori Komunikasi Interpersonal – Joseph DeVito

DeVito menekankan bahwa komunikasi yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga mendengarkan secara aktif, menunjukkan empati, dan membangun hubungan yang bermakna. Gen Z perlu memperkuat kemampuan membaca situasi sosial, terutama saat berinteraksi dengan rekan atau atasan dari generasi yang berbeda.

“Komunikasi yang efektif bukan hanya soal bicara, tapi juga soal memahami orang lain secara aktif dan mendalam.”
(DeVito, 2013)

2. Teori Media Richness – Daft & Lengel

Teori ini menyoroti pentingnya memilih media komunikasi yang sesuai dengan kompleksitas pesan. Gen Z, yang terbiasa dengan pesan instan dan singkat, perlu memahami bahwa diskusi evaluasi kerja atau penyampaian kritik sebaiknya dilakukan melalui media yang lebih “kaya”, seperti video call atau pertemuan langsung.

“Semakin kompleks pesan, semakin kaya media yang dibutuhkan untuk menyampaikan pesan tersebut secara efektif.”
(Daft & Lengel, 1986)

3. Teori Komunikasi Organisasi – Katz & Kahn

Dalam lingkungan kerja, komunikasi memiliki struktur, norma, dan aturan tertentu. Gen Z perlu menyadari bahwa budaya organisasi memengaruhi cara komunikasi berlangsung. Memahami struktur tersebut akan memudahkan mereka untuk menyesuaikan diri dan membangun kepercayaan.

“Tanpa komunikasi, tidak akan ada organisasi.”
(Katz & Kahn, 1978)

4. Teori Personal Branding – Montoya & Vandehey

Komunikasi di era digital tidak hanya terjadi secara tatap muka, tetapi juga melalui jejak digital. Gen Z perlu memahami pentingnya membangun personal branding yang kuat dan positif di media sosial atau platform profesional seperti LinkedIn.

“Personal branding adalah tentang bagaimana kita menyampaikan keunikan dan relevansi diri kepada dunia.”
(Montoya & Vandehey, 2002)

Strategi Komunikasi Adaptif untuk Gen Z
Agar dapat menjawab tantangan komunikasi di dunia kerja, Gen Z perlu menerapkan strategi konkret yang sesuai dengan konteks era digital-humanistik saat ini. Beberapa di antaranya:
  • Latih komunikasi tatap muka secara rutin
  • Aktiflah dalam klub debat, organisasi mahasiswa, atau menjadi moderator diskusi. Ini melatih keberanian dan ketajaman berpikir spontan.
  • Kelola media sosial secara profesional
  • Manfaatkan Instagram dan LinkedIn sebagai etalase pencapaian dan keahlian, bukan hanya untuk gaya hidup pribadi.
  • Kembangkan kecerdasan emosional (Emotional Intelligence)
  • Kemampuan membaca emosi dan memahami perspektif orang lain sangat krusial untuk membangun komunikasi yang efektif dan empatik.
  • Adaptif terhadap gaya komunikasi lintas konteks
  • Fleksibilitas adalah kunci: tahu kapan harus formal, kapan cukup santai, dan kapan harus diam untuk mendengarkan.
Konklusi

  Dunia kerja di era teknologi 5.0 menuntut lebih dari sekadar kecakapan teknis. Kecakapan komunikasi yang adaptif, empatik, dan strategis menjadi fondasi penting untuk bertahan dan berkembang. Bagi Gen Z, komunikasi bukan hanya alat untuk bertukar informasi, melainkan senjata untuk menunjukkan nilai diri, membangun relasi profesional, dan beradaptasi dalam perubahan. Lalu, apakah era ini merupakan tantangan atau peluang bagi Gen Z?.  Jawabannya terletak pada strategi komunikasi yang mereka pilih. Jika dikelola dengan tepat, bukan tidak mungkin Generasi Z justru akan menjadi pelopor perubahan dan inovasi besar dalam dunia kerja masa depan.

Sumber Referensi
  • DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.
  • Daft, R. L., & Lengel, R. H. (1986). Organizational Information Requirements, Media Richness and Structural Design. Management Science, 32(5), 554–571.
  • Katz, D., & Kahn, R. L. (1978). The Social Psychology of Organizations. Wiley.
  • Montoya, P., & Vandehey, T. (2002). The Brand Called You: Make Your Business Stand Out in a Crowded Marketplace. McGraw-Hill.
  • Kompas.com. (2023). HRD Ungkap Gen Z Banyak Gagal Wawancara Karena Minim Komunikasi. Retrieved from https://www.kompas.com


No comments:

Post a Comment

Komentar

Tantangan Komunikasi di Era Hyperconnectivity (Ketika Komunikasi Kilat Membunuh Pemahaman)

Oleh. Krishna Leander Tahun 2025 menjadi saksi percepatan luar biasa dalam dunia komunikasi, didorong oleh perkembangan teknologi seperti 5G...